Sunday, 20 October 2019

Supir Truk : Solar Dijatah, Sayuran Tetap Harus Sampai.

Sodik pengantar sayul kol setelah barang itu dimuat di truk milik bosnya, pesanan ini milik tengkulak di pasar Induk Cibitung, dia mengantarnya sesuai jadwal yang telah disepakati dari dimuatnya kol dari Jember, warga Sumber Urip, Pronociwo, kab. Lumajang. Jawa Timur. Berangkat dari Jember, Jawa Timur bersama temannya Cahyadi mengemudikan truk 28 jam dari Jember, Jawa Timur ke Pasar Induk Cibitung, Jawa Barat.

Dengan ongkos jasa membawa barang pertrip Rp.3.700.000. sekali mengantar kol, yang terbagi dari setoran Rp.1.500.000, bayar tol sekali jalan Rp.600.000, solar Rp.1.200.000, makan ngirit berdua Rp.400.000 dan ada uang tidak terduga seperti parkir dan lainnya.

Truk yang diberi nama Bintang Patra harus dibawa secara bergantian, mereka hanya mengistirahatkan truknya tiga jam sekali tidak tentu tempat, hanya untuk mendinginkan mesin dan ban hingga buang air. Banyak dan berat muatan dikala perjalanan membuat truk harus bekerja dengan ektra dan membutuhkan istirahat yang banyak.


Modal yang pas-pasan dirasa mereka kurang karena harus banyak uang yang dikeluarkan Itu semua dirasa mereka berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Sodik menjelaskan, "cukup ya cukup, beda tahun tahun yang lalu, pas jaman presiden Gusdur, pendapatannya lebih ada. sekarang lebih banyak pengeluaran. utamanya itu dari tol. kalo  tidak dari tol pembeli nunggu aja. kalo mau tol panjang dari Lumajang ke tol Kerawang.  bisa sampai Rp.1.200.000 naik turun tol. solar pun ngak ada ngaruhnya sama tol, makanpun lebih mahal di Tol, kopi bisa 5-6 ribu."

Terlebih lagi dengan adanya peraturan solar dijatah untuk setiap pembelian hanya Rp.100 ribu membuat mereka harus berfikir ektra untuk cukup di jalan. Sodik biasa sekali mengisi tangki bisa mencapai Rp.450 ribu biasanya udah full, selama perjalanan truk harus tiga kali isi full.

"Solar sekarang sudah dijatah.
dari Jawa Timur, setiap SPBU dibatasin cuma bisa boleh beli Rp.100 ribu. beli di Lumajang dari berangkat kemarin ini. kalau isi 100 ribu kebetulan SPBU selanjutnya yg kita jarak tempuh ada SPBU lagi, kalo enggak ada solar, mobil mogok, barang orang busuk gimana?, yang susah supir juga." Keluh Sodik.

Menghindari busuknya barang jika kelamaan di jalan, perjalanan harus sampai tepat waktu dan selamat dalam keadaan bagus. Meski dia lebih dekat dengan barang bawaan, tetapi dia tidak mengetahui harga barang yang dia bawa.

Perjalanan pulang dari pasar Induk Cibitung ke Lumajang harus nunggu lagi cari muatan lagi untuk hasil uangnya itu yang dibawa pulang buat keluarga, dan cari tambah bayar solar dan menutupi uang setoran.

Barang yang dibawa merupakan juga barang langganan karena lebih dipercaya agar aman barangnya. Barangnya tidak tentu terkadang membawa teh curah bahkan kain ke Surabaya.

Dari Hasil membawa barang kembali barulah Sodik bisa menutupi uang setoran, solar bahkan makan di jalan, serta untuk dibawa pulang. Meski barang yang dibawa hanya sampai Surabaya dengan ongkos yang tidak sama seperti uang pertama berangkat, dia selalu mensyukurinya.

"Ongkos bawa kain cuma nambahin ajalah, cuma Rp.3 juta, itupun harus nutupin dana modal yang dipakai untuk hutang, bayar tol pulang, solar lagi, baru lebihnya untuk di rumah." Jelas Sodik.

Ayah dua orang anak ini sudah dari kecil menjadi kondektur truk sebelum akhirnya membawa mobil truk milik orang lain. Usia di 54 tahun tetap membawa truk karena tidak memiliki pekerjaan lain. Menurutnya yang membuat lambat perjalanan ialah truk-truk tua milik perusahaan.

"macet dijalan, harusnya dikurangin tu izin truk besar yg tua milik perusahan kayak Marcedes Kodok, jalannya lambat dan mengganggu sekali." tambahnya.

No comments:

Post a Comment