Jakarta, 15 Oktober 2019. Para pedagang yang berjualan di jembatan penyeberangan multiguna (JPM) atau skybridge Tanah Abang merasa lebih tertata dan penghasilan meningkat karena akses KRL yang semakin mudah, aman dan menyenangkan.
Jembatan ini sendiri menghubungkan Stasiun Tanah Abang gedung lama ke empat titik di sekitarnya, sehingga dirasa pedagang lebih mudah untuk akses pembeli dengan adanya KRL langsung tembus Pasar Tanah Abang. Dengan panjang 386,4 meter yang membentang di atas Jalan Jatibaru dan lebarnya 12,6 meter terdapat 446 pedagang dengan lapak berukuran 1,5 x 2 meter.
Tujuan dibangunnya lapak ini diharapkan para PKL lagi berjualan di pinggir jalan sehingga kemacetan dampak keberadaan pedagang tersebut bisa dikurangi dan kepadatan pejalan kaki yang melintasi Jalan Jatibaru terurai.
Seorang pedagang pakaian formal, bernama Suryadi mengaku, penghasilannya meningkat sejak pindah ke skybridge. Menurut dia, hal itu disebabkan skybridge Tanah Abang menyediakan tempat yang nyaman bagi para pembeli. Mereka tidak perlu berjemur di bawah terik matahari dan berdesakan saat belanja dan Jika yang dari jauh langsung naik KRL.
"pendapatan naiklah. Tapi, itu saya rasa juga berkurang karena adanya pasar online, itu liat juga kalangan yang belanjanya. Pengunjung juga masih ramai, mungkin mereka belanja karena dekat dengan stasiun, jadi begitu nyampai sini langsung belanja dan pulang," kata Suryadi, Selasa(15/10/2019).
Suryadi berharap jumlah pengunjung semakin meningkat, karena akses menuju ke Pasar sangat banyak moda transportasi, mulai dari KRL, Mikrolet, Transjakarta biasa, Transjakarta Explore Tanah Abang gratis memutasi Pasar Tanah Abang, Metrojakarta, Bus lintas kota, Bajaj dan JakLinko.
Pendapat yang sama diungkapkan pedagang gorengan bernama Sri Wahyuni. Ia mengatakan, gorengannya selalu habis terjual dan makanan yang ia jual jadi lebih bersih dibandingkan saat masih berjualan di Jalan Jatibaru Raya.
"Dulu pas masih jualan di bawah (Jalan Jatibaru Raya), habisnya susah juga, sekarang karena banyak penumpang KRL yang turun dari atas sini, jualan pun semakin laris dan kesannya jadi bersih.”kata Sri.
Para pedagang dikenai biaya sebesar Rp 500 ribu per bulan. Biaya tersebut ditentukan berdasarkan dari perhitungan biaya kebersihan, perawatan, penerangan, hingga keamanan.
No comments:
Post a Comment