Selama ini banyak masyarakat menyangka bahwa mobil ambulans kosong tampak lebih arogan menyalakan sirene dan lampu rotator. Padahal itu untuk penjemputan jika ada pasien gawat darurat untuk dijemput.
Iming seorang supir senior di RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid KOTA BEKASI menjelaskan "tolong lah kepada masyarakat toleransi sama mobil ambulans kosong yang menyalakan sirene dan lampu rotator, itu dilakukan untuk biar lebih cepat menjemput pasien dalam keadaan darurat."
Ada aturan dan standart pengemudi mobil ambulans dalam menyalakan sirene dan lampu rotator sewaktu membawa klien atau menjemput klien.
"Jika di mobil ambulans ini ada pasien maka yang dinyalakan hanya lampu rotator saja, sesekali membunyikan klakson tot, kalau ada pasien kami nyalakan sirene nanti bisa pengang tu telinga pasien, apalagi manatau dia ada penyakit jantung bisa meninggal dengan kebisingan sirene ambulans ini". Tambah Iming.
Bapak yang sudah 28 tahun menjadi supir ambulan ini memiliki pengalaman salah mengantarkan jenazah dari RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid KOTA BEKASI menuju rumah duka.
Dia bercerita "Dulu pernah salah bawa jenazah tujuannya ke Margahayu, Bekasi. Karena di kamar mayat ada dua jenazah, satu laki dan satu perempuan. Waktu itu penjaga juga tidak mengetahui yang mana harus dibawa saya langsung aja angkut jenazah ke ambulans, pas nyampe dirumah duka yang bukain penutup jenazah, pas suasana lagi berduka, anak dan para keluarga pada nangis kan, harusnya saya bawa mayat ibu-ibu , eh ternyata yang saya bawa laki-laki, langsung anaknya kaget dengan mengatakan, lah kok ibu saya ini bekumis?, rupanya saya salah bawa jenazah, dengan rasa takut dengan banyak orang di kediaman itu, saya takut diomelin sama keluarganya, kemudian langsung saya telfon kordinator ambulans di RS, mayat yg di rumah sakit ternyata mau dibawa juga, akhirnya tukar lagi jenazahnya ke RS, kan balik lagi ke rumah duka itu, pas datang lagi bawa jenazah yang benar, malah keluarganya gak ada nangis-nangis lagi."
Kakek satu cucu ini selalu belajar dari pengalaman dan menjadi evaluasi untuk para supir ambulans yang lain.
Semenjak dari kejadian warga Bintara 1, Bekasi Barat rt 06 rw 02 itu menjelaskan "kami disini jadi berhati-hati selalu menunggu pihak keluarga dan bertanya apakan ini jenazah itu yang akan dibawa."
Sebelum menjadi pengemudi ambulans dia bekerja di RSUD ini sebagai pengantar makanan pasien ke kamar rawat sebelum akhirnya menjadi PNS Supir ambulans.
Dengan umur yang sudah memasuki 53 tahun Iming merupakan supir tertua diantara ke-18 teman supir lainnya.
"saya dulu belum bisa bawa mobil pas masuk menjadi supir tahun 1992, tapi karena pekerjaan saya diharuskan untuk kursus dan menjadi ahli, ya alhamdulillah sampai sekarang sudah jadi PNS."
Pengantaran menggunakan mobil ambulan dengan estimasi jarak 650 km maka harus ada supir ke-dua.
"Saya paling jauh ke Binjai, Sumatera utara, itu supirnya harus berdua bersama teman saya, ongkosnya sekitar Rp.14 juta, waktu itu saya bawa jenazah , itungannya perkilometer dikali harga bensin dan ditambah untuk biaya kapal penyebrangan dan tarif Tol." Tambahnya.
Supir ambulans ini berharap pengguna jalan lain lebih toleransi mendahulukan laju ambulans dengan sirene atau tanpa sirene, ada atau tidak adanya pasien, karena itu tanggung jawabnya dalam keadaan darurat dan menyangkut keselamatan pasien yang dijemput atau yang dibawa.
No comments:
Post a Comment